Thursday 19 March 2015

SEJARAH KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA

ANALISIS SEJARAH KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA DAN PROBLEMATIKANYA 

PROLOG
konflik yang terjadi antara negara kita Indonesia dan Malaysia diketahui telah mulai terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, sampai melegendanya jargon “ganyang Malaysia” yang dipelopori oleh bapak bangsa kita Presiden Soekarno. Malaysia  yang dianggapnya sebagai Nekolim itu sehingga Indonesia mengundurkan diri dari keanggotaananya di PBB, serta mengirim sukarelawan untuk menggempur Malaysia. Namun gagal,tetapi justeru kegagalan itu berdamapak terhadap Indonesia sendiri yang terjerembab kedalam krisis ekonomi politik yang akhirnya memberi peluang besar bagi menguatnya PKI yang kemudian melancarkan G 30 S-nya tahun 1965.

Banyak sebab yang melatarbelakangi terjadinya konflik itu, walau kebanyakan hanya sampai memanasnya hubungan diplomasi antara kedua negara, tidak sampai mengangkat senjata. Yang paling sering didengar yaitu mengenai berita banyaknya TKI (tenaga kerja Indonesia) yang bekerja disana  mendapat siksaan yang sangat tidak manusiawi di negeri jiran Malaysia. Sampai masalah yang menyangkut harga diri bangsa ini diantaranya yaitu mengenai daerah perbatasan baik laut maupun udara di Kalimantan,Selat malaka,Ambalat ,Kepulauan Natuna hingga Laut China Selatan, dan seringnya Malaysia meng-klaim secara sepihak akan sebuah tradisi Indonesia baik itu dalam bentuk alat, wisata (alam, pulau), sampai lagu yang telah dikenal sebelumnya sebagai khas Indonesia.

Sejarah geografis Malaysia sangatlah “menyatu” dengan salah satu pulau terbesar di Indonesia yaitu pulau kalimantan. Dan malaysia pun saudara serumpun  bagi bangsa indonesia yaitu sama-sama berdarah Melayu, hanya saja kalau malaysia terdiri hanya dari beberapa suku bangsa saja seperti china, india, dan melayu tentunya. Kalau indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan bahasa terbentang dilebih dari ribuan gugus pulau yang terbentang dari ujung barat yaitu sabang sampai ujung timur yaitu merauke.

Hubungan Indonesia-Malaysia memang relatif cepat tegang dan memanas,karena memang memiliki latar belakang yang panjang merunut kebelakang dalam hiruk pikuknya perjalanan sejarah kedua negara jiran tersebut. Sejak rejim orde lama pimpinan Sukarno pernah berkonfrontasi Malaya menyusul gagalnya konsep “Maphilindo”(Malaysia,Philipina,Indonesia)sebagai ekses dari pembentukan negara Malaysia oleh Teungku Abdurrahman dukungan  Barat. Namun setelah runtuhnya era kekuasaan Soekarno dan dimulainya rezim Soeharto yang segera memperbaiki kembali hubungannya dengan Malaysia dan Barat.

Lalu membentuk ASEAN bersama Malaysia, Pilipina, Thailand, dan Singapore .Pada era Orde baru hubungan Indonesia-Malaysia sangat baik,sehingga berbagai masalah dan isu sengketa perbatasannyapun diabaikan semntara.
v  BEBERAPA SEJARAH KONFLIK INDONESIA- MALAYSIA
PIDATO BUNG KARNO “GANYANG MALAYSIA”  (27 Juli 1963)
Bung Karno mencanangkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidatonya yang berjudul yang sama. Isi Pidato tersebut antara lain:

Kalau kita lapar itu biasa, Kalau kita malu juga biasa, Namun kalo kita lapar dan malu itu karena Malaysia, itu Kurangajar!, Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk malayang itu!, Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu, Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa, sebagai martir bangsa, dan sebagai peluru bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya. Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu melawan kehinaan ini, kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat. Yoo, Ayoo, Kita Ganyang Ganyang Malaysia. Bulatkan tekad, Semangat kita badja, Peluru kita banjak, Nyawa kita banjak, Bila perloe satoe-satoe!

-KETERLIBATAN AUSTRALIA (1964)
Australia melancarkan operasi Claret, keterlibatan dalam pembebasan kalimantan utara dari Indonesia dengan membawa 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service, hal ini diakui pemerintahannya pada pembukaan dokumen Claret pada 1996.

Pada bulan mei tahun yang sama dibentuk Komando Siaga oleh pemerintah Indonesia yang bertugas mengkoordinir kegiatan perang terhadap malaysia dengan sandi Operasi Dwikora. Pada perjalanannya berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Komando dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dhani sebagai Pangkolaga.
 PERSETUJUAN BERAKHIRNYA KONFLIK (28 Mei 1966)
Setelah tampuk kekuasaan berpindah dari tangan Soekarno ke Soeharto, secara resmi pemerintahan kedua negara menyetujui berakhirnya konflik.

PERJANJIAN TAPAL BATAS KONTINENTAL INDONESIA-MALAYSIA
(27 oktober 1969)
 Kedua negara melakukan ratifikasi pada 7 November 1969, akan tetapi pada akhir tahun 1969 Malaysia memasukkan Pulau sipadan, Pulau Ligitan dan Batu Puteh dalam peta wilayahnya. Akan tetapi Pemerintahan Indonesia waktu itu menolak secara tegas peta wilayah tersebut.

Pada tahun yang sama terjadi kerusuhan etnis besar-besaran diwilayah Kesultanan Brunei karena sentimen ras melayu kalimantan tentang penguasaan Federasi Malaya, hal ini dapat diberantas oleh pasukan imperialis Inggris.

PERSETUJUAN TAPAL BATAS LAUT INDONESIA DAN MALAYSIA
(17 MARET 1970)
Akan tetapi pada tahun 1979 Malaysia kembali melakukan pengingkaran terhadap perjanjian ini dengan memasukkan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya dengan memajukan koordinat 4 derajat 10 menit arah utara melewati Pulau Sebatik. Hal ini tentu menyebabkan pemerintahan Indonesia pada waktu itu menolak peta baru Malaysia tersebut.
PEMBAHASAN
Walaupun persetujuan mengakhiri konflik telah ditekan bukan berarti konflik yang sebenarnya benar-benar telah usai, bahkan setelah banyak persetujuan yang dilanggar oleh pihak-pihak dari Malaysia. Mulai dari masalah perbatasan, TKI, dan masalah sengketa hak milik mengenai instrumen peninggalan sejarah. Malaysia selalu saja  melakukan aksi sepihak dengan melancarkan aksi yang menyebabkan ketegangan yang tinggi dengan Indonesia.

Penangkapan Nelayan Indonesia pada wilayah-wilayah yang diakui oleh Malaysia tersebut. Pemerintah Indonesia pun tak henti-hentinya melakukan upaya diplomasi kepada Mahkamah Internasional, akan tetapi tak pernah didapat kesepakatan yang menguntungkan pihak Indonesia. Puncaknya adalah 17 Desember 2002, Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag, Belanda memutuskan dalam perkara Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, Indonesia dinyatakan kalah dengan Malaysia. Dalam beberapa hal, Mahkamah Internasional menerima argumentasi Indonesia bahwa Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan tidak pernah masuk dalam Kesultanan Sulu seperti yang diklaim Malaysia, akan tetapi Mahkamah Internasional juga mengakui klaim-klaim Malaysia bahwa telah melakukan administrasi serta pengelolaan konservasi alam di kedua pulau tersebut.

Pasca pemilihan presiden langsung yang pertama pada 2004, pengiriman TKI ke Malaysia secara besar-besaran tak terbendung. Berbagai perlakuan kasar Warga Malaysia terhadap para TKI telah memunculkan gelombang aksi dipelosok Indonesia. Pada awal tahun 2005, Indonesia diguncang isu perebutan kawasan ambalat oleh Malaysia, konflik ambalat yang tak kunjung selesai sampai dengan hari ini telah membawa dampak ketegangan yang cukup tinggi.

Pada pertengahan 2009 lalu, kembali isu ketegangan antara kedua negara terjadi dikarenakan tari pendet yang asli dari pulau dewata bali dijadikan salah satu ikon Malaysia dalam iklan resmi pariwisata nasional Bangsa tersebut. Lagi-lagi Malaysia memancing kemarahan warga Indonesia yang pada waktu itu beberapa seniman di bali hingga salah satu pelestari tari pendet menyatakan menolak klaim Malaysia tersebut. Ketegangan sejak akhir 2006 hingga awal 2010, terkait dengan seni dan budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia. Menurut catatan penulis ada beberapa bahkan terkait dengan kesejarahan nasional Indonesia. Naskah Kuno dari Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara yang diklaim bahkan sudah berada di museum-museum Malaysia.
Lalu beberapa lagu daerah asli dari Indonesia seperti Lagu Rasa Sayang-sayange dari Maluku, Lagu Soleram dari Riau, Lagu Injit-injit Semut, Lagu Kakak Tua dari Maluku, Lagu anak kambing saya dari Nusa Tenggara Barat yang diklaim menjadi Lagu Daerah dari Malaysia. Dan masih banyak jenis seni dan budaya yang diklaim oleh Malaysia.

Pada puncak ketegangan yang tinggi pada akhir-akhir ini disebabkan pemerintahan Malaysia juga mulai melakukan serangan yang menciptakan situasi tidak kondusif pada isu keamanan yaitu travel advisory yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia untuk mencegah bagi warganya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Demikianlah babagan baru dari konflik panjang Indonesia-Malaysia yang tak pernah tuntas.

EPILOG
Dari beberapa fakta diatas, banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Malaysia diklaim oleh beberapa pengamat hubungan internasional merupakan hasil dari beberapa tunggangan sekelompok orang yang merasa diuntungkan dengan adanya konflik diantara kedua negara, walau berita itu masih simpang siur kebenarannya, tak pelak banyak pihak pula menyayangkan mengapa negara yang bertetangga ini sering sekali bersitegang padahal secara historis latar belakang indonesia-malaysia bagaikan saudara sedarah.

Seyogianya peristiwa-peristiwa ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita generasi muda agar selalu waspada terhadap gangguan apa saja yang menerpa bangsa kita tercinta Indonesia. Jangan mudah terprovokasi dengan berita yang tak jelas kebenarannya, dan selalu mengedepankan proses hukum dan asas praduga tak bersalah. Jangan pertikaian antara kedua negara serumpun ini hanya dimanfaatkan saja untuk keuntungan segelintir orang yang mempunyai kepentingan diatasnya.

Kita sebagai rakyat Indonesia yang cerdas harus dewasa setiap kali menyikapi masalah-masalah yang berkaitan dengan kedaulatan kedua negara karna disamping sangat sensitif juga berpotensi menimbulkan perang saudara yang tidak akan membawa manfaat apa-apa selain kehancuran itu sendiri. Jadilah rakyat yang cerdas dan dewasa!!!
(dari berbagai sumber) 
Categories:

0 komentar:

Post a Comment